Nesia.Top, 2 Mei 2024 - Habib Rab, Ekonom Utama Bank Dunia, menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini tergolong cukup baik. Hal ini disebabkan oleh pergeseran pendapatan per kapita masyarakat ke kelas menengah atas, yang mengungguli negara-negara seperti India, Nigeria, Filipina, dan Mesir yang masih berada di kelas menengah.
Informasi mengenai kondisi ekonomi tersebut diperoleh setelah dilakukan validasi data ekonomi melalui pertemuan dengan para pelaku usaha di Jawa Timur. Dari hasil pertemuan tersebut, terungkap bahwa beberapa poin yang telah disampaikan ternyata terbukti terjadi di lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa analisa yang dilakukan oleh Bank Dunia sudah berada pada arah yang tepat.
Dengan demikian, pernyataan Habib Rab mengenai kondisi ekonomi Indonesia yang cukup bagus dapat dipertimbangkan sebagai hasil dari analisa yang teliti dan validasi data yang dilakukan bersama pelaku usaha di Jawa Timur. Pergeseran pendapatan per kapita masyarakat ke kelas menengah atas menjadi indikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Habib Rab telah menjelaskan bahwa Bank Dunia sedang melakukan studi komprehensif tentang pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Indonesia, termasuk di sektor swasta seperti sektor manufaktur, jasa, dan perpajakan. Dalam rangka mendorong pertukaran ide yang produktif dan mendapatkan wawasan berharga dari sektor swasta, masukan dari Kadin terkait studi ini sangat penting untuk dievaluasi apakah sesuai dengan kenyataan atau ada hal yang bisa dijadikan umpan balik guna mempertajam analisa dan data.
Menurut Rab, konsultasi terhadap sektor swasta merupakan hal yang penting agar analisa yang dilakukan menjadi lebih tajam dan data yang dihasilkan tidak hanya sekadar bercerita tetapi juga mampu menggambarkan realita yang sebenarnya terjadi di lapangan. Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak hanya berupa angka-angka belaka, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi yang sebenarnya terjadi.
Rab menekankan bahwa penting bagi pihak terkait untuk tidak hanya melihat dari sisi statistik semata, tetapi juga memahami konteks dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di sektor swasta. Dengan demikian, hasil analisa yang dihasilkan akan lebih akurat dan dapat memberikan pandangan yang lebih komprehensif terkait dengan kondisi ekonomi yang sebenarnya terjadi di Indonesia.
Menurut Senior Ekonom The World Bank, Alexandre Hugo Laure, meskipun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sudah cukup baik, namun terjadi perlambatan yang terus berlanjut. Salah satu sektor yang menjadi penyumbang utama ekonomi Indonesia, yaitu sektor manufaktur, mengalami pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti China, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan India. Hugo Laure menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya penelitian dan pengembangan serta rendahnya adaptasi teknologi dan inovasi yang dilakukan oleh industri besar di Indonesia. Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan di Indonesia hanya sekitar sembilan persen, yang jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara pesaing. Selain itu, hanya sekitar lima persen perusahaan yang memperkenalkan inovasi baik dalam produk maupun proses. Pengadopsian teknologi dan efisiensi energi juga masih sangat rendah di Indonesia, serta sedikit perusahaan yang menerapkan praktik manajemen ramah lingkungan.
Perlambatan pertumbuhan PDB Indonesia yang terus berlanjut menjadi perhatian Senior Ekonom The World Bank, Alexandre Hugo Laure. Meskipun sektor manufaktur menjadi penyumbang utama ekonomi Indonesia, namun pertumbuhannya tergolong lambat jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti China, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan India. Hugo Laure menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya penelitian dan pengembangan serta rendahnya adaptasi teknologi dan inovasi yang dilakukan oleh industri besar di Indonesia. Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan di Indonesia hanya sekitar sembilan persen, yang jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara pesaing. Selain itu, hanya sekitar lima persen perusahaan yang memperkenalkan inovasi baik dalam produk maupun proses.
Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, menyatakan komitmennya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam negeri melalui percepatan revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi. Melalui Kadin Institute, berbagai langkah telah diambil, mulai dari persiapan pelatih tempat kerja, harmonisasi kurikulum, hingga sertifikasi tenaga kerja guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif.
Adik menekankan bahwa peningkatan kinerja juga dapat dicapai dengan fokus pada pasar dalam negeri, mengingat perlambatan pasar luar negeri saat ini. Namun, Indonesia dihadapkan pada tantangan melalui platform e-commerce, di mana transaksi yang semula Business to Business (B to B) kini beralih menjadi Business to Consumer (B to C).
Adik menegaskan bahwa pola transaksi B to C dapat menghambat produk dalam negeri karena volume impor yang sebenarnya besar namun terkesan kecil. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendukung industri domestik untuk merebut kembali pasar lokal.