Jakarta, 16 April 2024 - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi sedang mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi konflik yang sedang terjadi di Timur Tengah saat ini. Menurutnya, hal ini sangat penting dan Presiden akan mengadakan rapat internal untuk membahas hal tersebut. Airlangga juga menyatakan bahwa Indonesia akan mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan terkait dengan situasi tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh Airlangga di Jakarta pada malam hari Senin (15/4).
Airlangga mengungkapkan hal tersebut setelah menghadiri acara halalbihalal dengan para elit politik nasional, menteri, dan pimpinan partai politik di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa rapat internal yang akan dilaksanakan pada hari Selasa (16/4) akan membahas langkah-langkah yang akan diambil oleh Indonesia terkait dengan konflik di Timur Tengah. Dengan adanya rapat ini, diharapkan Indonesia dapat mempersiapkan diri dengan baik dan mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi situasi tersebut.
Menurut penjelasannya, kondisi geopolitik saat ini sedang tidak stabil, terutama setelah terjadi perselisihan antara Iran dan Israel di Timur Tengah. Oleh karena itu, diperlukan solidaritas politik di dalam negeri untuk menghadapi tantangan yang tidak biasa ini.
Dalam menghadapi ketidakpastian dunia saat ini, dia berharap agar semua partai politik dapat bersatu dan solid dalam menghadapi tantangan tersebut. Soliditas dari seluruh partai politik sangat penting untuk mengatasi situasi yang tidak pasti ini.
Dia juga mengungkapkan bahwa jumlah kapal di Terusan Suez mencapai 17.000 kapal, sementara di Selat Hormuz terdapat sekitar 30.000 kapal. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya jalur perdagangan maritim ini dalam situasi ekonomi saat ini.
Dia mengungkapkan bahwa terdapat sebanyak 17.000 kapal di Terusan Suez dan 30.000 kapal di Selat Hormuz terkait situasi ekonomi. Jika terjadi eskalasi, dia menyatakan bahwa kita tidak dapat membayangkan dampaknya terhadap harga bahan bakar minyak (BBM), kenaikan biaya pengiriman barang yang berakibat pada kenaikan harga komoditas, termasuk komoditas pangan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi perekonomian global karena dapat mempengaruhi stabilitas harga dan pasokan komoditas di pasar internasional.
Dalam konteks ini, jumlah kapal yang ada di Terusan Suez dan Selat Hormuz menjadi faktor penting dalam mengukur potensi gangguan terhadap perdagangan internasional. Dengan adanya eskalasi, kemungkinan terjadinya peningkatan biaya pengiriman barang dan kenaikan harga komoditas menjadi ancaman serius bagi perekonomian global.
Dalam kaitannya dengan situasi ekonomi, dia mengungkapkan bahwa jumlah kapal di Terusan Suez adalah 17.000 kapal, sementara di Selat Hormuz terdapat 30.000 kapal.
Dalam hal ini, jika terjadi eskalasi, kita tidak dapat membayangkan dampaknya terhadap harga bahan bakar minyak (BBM), kenaikan biaya pengiriman barang yang berakibat pada kenaikan harga komoditas, termasuk komoditas pangan.
Namun, Airlangga tetap optimis bahwa hal ini tidak akan berpengaruh terhadap Indonesia, karena ekonomi Indonesia memiliki dasar yang kuat. Dia juga berharap bahwa politik dalam negeri Indonesia akan tetap stabil selama masa transisi pemerintahan.