Jakarta, 14 April 2024 - Indonesia, sebagai salah satu negara terbesar di Asia, memiliki peran penting dalam meredam konflik di kawasan Laut China Selatan (LCS). Tidak hanya untuk menjaga kedaulatan laut NKRI, tetapi juga untuk mencegah terjadinya peperangan antarnegara di Asia yang dapat mengganggu stabilitas kawasan dan perekonomian.
Kawasan LCS dikelilingi oleh beberapa negara seperti China, Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Keenam negara ini sedang bersaing untuk memperebutkan kekuasaan atas wilayah LCS. Oleh karena itu, Indonesia perlu turut campur tangan dalam meredam konflik tersebut agar tidak berlarut-larut dan berpotensi memicu ketidakstabilan di kawasan tersebut.
Dengan campur tangan Indonesia, diharapkan konflik di LCS dapat diselesaikan secara diplomatis dan melalui dialog antarnegara. Hal ini penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia, serta memastikan kelangsungan perekonomian yang berkelanjutan bagi negara-negara yang terlibat dalam konflik tersebut.
Ketegangan semakin meningkat ketika China merilis peta yang dibuat berdasarkan versi sejarah mereka sendiri. Peta tersebut menunjukkan adanya sembilan garis putus yang melintasi wilayah LCS.
Wilayah yang dilintasi oleh garis putus tersebut diakui oleh China sebagai bagian dari kekuasaannya, sehingga mereka merasa berhak untuk mengelola sumber daya laut di area tersebut.
Baru-baru ini, China juga mengeluarkan peta terbaru yang menambah satu garis putus menjadi ten-dash lines, yang secara tidak langsung bersinggungan dengan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Laut Natuna Utara. Kondisi ini mendorong Indonesia untuk mengambil langkah-langkah tegas guna mempertahankan kedaulatan maritimnya dan meredam potensi konflik yang dapat timbul.
Prioritas Pemerintah adalah memperkuat kekuatan militer untuk mengantisipasi konflik LCS. Salah satu langkah yang diambil adalah mendorong program major project dalam upaya penguatan keamanan Laut Natuna.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto menyatakan hal ini dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) di Jakarta pada bulan Maret lalu. Penguatan keamanan dilakukan melalui peningkatan alutsista dan sarana serta prasarana satuan terintegrasi TNI.
TNI AL memiliki peran penting dalam menjaga perbatasan wilayah laut. Mereka bertanggung jawab untuk melindungi perairan Indonesia, termasuk Laut Natuna. Sementara itu, TNI AU memiliki peran dalam melakukan pengintaian wilayah untuk menjaga titik perbatasan. Dengan adanya kerjasama antara kedua angkatan tersebut, diharapkan keamanan di perbatasan wilayah laut dapat terjaga dengan baik. Penguatan kekuatan militer ini menjadi langkah strategis dalam menjaga kedaulatan negara dan menghadapi potensi konflik LCS.
Penguatan alutsista, peningkatan SDM, dan pemutakhiran teknologi menjadi prioritas bagi Pemerintah dalam memperkuat penjagaan perbatasan. Selain fokus pada peningkatan pertahanan laut, Indonesia juga berperan aktif dalam menciptakan perdamaian melalui jalur diplomasi.
Keunikan ini memungkinkan Indonesia untuk dengan mudah memasuki dan menjalin persahabatan dengan semua negara yang terlibat dalam konflik di LCS.
Selain itu, Indonesia juga telah melakukan pendekatan nonmiliter. Pada tahun 2023, ASEAN dan China telah sepakat untuk menyelesaikan perundingan pedoman tata perilaku (code of conduct/CoC) di Laut China Selatan dalam waktu 3 tahun.
"Kita semua berharap CoC dapat menjadi dokumen yang efektif, substantif, dan actionable untuk menghindari eskalasi dan sekaligus meningkatkan mutual trust dan mutual confidence di antara negara-negara yang berkepentingan di Laut China Selatan," kata Hadi.
Namun, apakah semua langkah yang diambil oleh pemerintah sudah cukup? Menurut pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, Indonesia dapat menggunakan pendekatan yang berbeda dalam menenangkan konflik di LCS, yaitu melalui diplomasi militer. TNI dianggap pantas menjadi ujung tombak dalam menjalankan diplomasi militer ini dengan semua negara yang sedang mengalami konflik. Diplomasi ini dapat dimulai dengan melaksanakan latihan perang bersama antara negara, mengadakan program pertukaran prajurit untuk meningkatkan kualitas SDM, dan menjalin kerja sama dalam menjaga pertahanan.
Dalam rangkaian diplomasi ini, Indonesia dapat memainkan peran yang penting dalam membangun hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga. Melalui latihan perang bersama, negara-negara dapat saling memahami dan membangun kepercayaan satu sama lain. Program pertukaran prajurit juga dapat meningkatkan kualitas SDM dalam bidang militer, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara. Selain itu, kerja sama dalam menjaga pertahanan juga dapat memperkuat hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di LCS.
Diplomasi militer ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam meredam konflik di LCS. Dengan melibatkan TNI sebagai ujung tombak, Indonesia dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut. Namun, tentu saja, langkah-langkah ini harus didukung oleh kerjasama dan komitmen dari semua pihak yang terlibat. Dengan demikian, diharapkan konflik di LCS dapat diminimalisir dan perdamaian dapat tercapai.
Indonesia dianggap memiliki modal untuk menjadi penengah dalam konflik antarnegara di Asia karena kekuatan militer yang dimilikinya. Hal ini menjadi keuntungan bagi Indonesia untuk memediasi negara-negara yang berselisih dan membantu mencapai perdamaian di kawasan, terutama terkait klaim wilayah di LCS.
Selain fokus pada diplomasi militer, Indonesia juga harus memperhatikan keamanan di dalam negeri sebelum terlibat dalam upaya perdamaian antarnegara. Menjaga kedaulatan laut dari kapal asing yang masuk merupakan salah satu langkah yang harus diambil untuk menjaga keamanan "halaman rumah sendiri".
Menurut pengamat militer Alman Helvas Ali, penting bagi Indonesia untuk memiliki database kapal di kawasan agar TNI AL dapat dengan mudah mendeteksi setiap kapal yang beroperasi di laut. Dengan deteksi melalui acoustic signature, TNI AL dapat mengidentifikasi kapal selam dan kapal permukaan yang beroperasi di perairan Indonesia.
Indonesia dianggap memiliki modal untuk merangkul negara-negara yang berkonflik dan menjadi penengah dalam perdamaian antarnegara. Selain itu, Indonesia juga perlu fokus pada menjaga keamanan dalam negeri sebelum melakukan upaya perdamaian. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah menjaga teritorial laut dari masuknya kapal asing. Menurut pengamat militer Alman Helvas Ali, Indonesia perlu memiliki database tentang kapal-kapal yang berada di kawasan tersebut. Dengan adanya database tersebut, TNI AL dapat dengan mudah mendeteksi kapal-kapal tersebut melalui acoustic signature yang dipancarkan oleh radar. Selain itu, penting juga untuk memiliki sistem deteksi bawah laut yang dipasang di perairan-perairan rawan seperti Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Sulawesi, dan Laut Natuna Utara.
Menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan merupakan hal yang penting bagi Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer besar di Asia, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk merangkul negara-negara yang berkonflik dan berperan sebagai penengah dalam perdamaian antarnegara. Namun, sebelum melakukan upaya perdamaian, Indonesia juga harus fokus pada menjaga keamanan dalam negeri.
Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah menjaga teritorial laut dari masuknya kapal asing. Dalam hal ini, penting untuk memiliki database tentang kapal-kapal yang berada di kawasan tersebut. Dengan adanya database tersebut, TNI AL dapat dengan mudah mendeteksi kapal-kapal tersebut melalui acoustic signature yang dipancarkan oleh radar. Selain itu, penting juga untuk memiliki sistem deteksi bawah laut yang dipasang di perairan-perairan rawan seperti Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Sulawesi, dan Laut Natuna Utara.
Alman meyakini peningkatan teknologi keamanan ini akan membuat Indonesia kuat dan disegani di panggung Asia. Dengan demikian, jalan Indonesia dalam mendamaikan konflik di LCS akan makin mulus karena suaranya pasti akan didengar negara lain.